Mengelola Sampah Tanpa Menunggu Petugas Pengangkut Sampah Keluarga Sumarno

10 May, 2015

Mengelola Sampah Tanpa Menunggu Petugas Pengangkut Sampah Keluarga Sumarno

Permasalahan lingkungan yang cukup serius di Indonesia adalah mengenai pengelolaan sampah. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan atau menyerahkan pengelolaanya ke truk pengangkut sampah yang akan membawanya ke TPA. Kurangnya kerjasama masyarakat dalam mengelola sampah juga menjadi salah satu alasan mengapa kita masih memiliki masalah penumpukan sampah

Keluarga Sumarno dari Jakarta tadinya termasuk salah seorang yang menyerahkan pengelolaan sampahnya kepada petugas pengangkut sampah. Di perumahan tempat keluarga Sumarno tinggal, sampah memang dikelola oleh petugas sampah yang datang ke tiap-tiap rumah dan mengambil sampah setiap satu atau dua hari sekali.

Suatu hari petugas pengangkut sampah yang seharusnya mengambil sampah di perumahan tersebut sakit sehingga sampah menumpuk sampai tiga hari. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya ketika sampah sampai menumpuk tidak terurus. Bau tidak enak ada dimana-mana, lalat dan tikus berkeliaran. Jika hal ini dibiarkan tentu akan menimbulkan penyakit di lingkungan perumahan.

Ketika ia ditawarkan untuk ikut bergabung dalam kompetisi Sunlight Living Challenge, ibu Sumarno sempat ragu karena kesibukannya sebagai pegawai negeri dan ibu rumah tangga. Namun karena Sunlight Living Challenge menawarkan solusi tentang masalah pengelolaan sampah, Ibu Sumarno akhirnya mengikuti pelatihan yang diberikan.

Setelah mengikuti pelatihan, Ibu Sumarno akhirnya mengerti apa yang harus dilakukan terhadap sampah-sampah yang dihasilkan di rumahnya. Dengan melakukan pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik, Ibu Sumarno sudah membantu melakukan pengelolaan sampah dengan lebih efektif. Sampah non organik dipisahkan dan dan diberikan ke pemulung, sedangkan sampah organik dikelola dengan dijadikan pupuk kompos.

Sampah organik yang berupa sisa makanan dan sayur yang berbau menyengat seperti nasi dan kol disimpan dalam lubang resapan Biopori. Sedangkan sisa potongan sayur yang belum dimasak dimasukkan kedalam ember bekas yang dilubangi bawahnya untuk dijadikan kompos atau media tanam.

Saat ini keluarga Sumarno bisa lebih mandiri dalam mengelola sampah, selain lingkungan menjadi lebih bersih, mereka secara tidak langsung juga sudah membantu meringankan tugas para pengangkut sampah.

Dalam usahanya untuk menciptakan hidup yang lebih baik Unilever mengajak Anda untuk mulai ikut menjaga lingkungan lewat Project Sunlight Living Challenge. Ikuti terus kisah kelurga Sumarno dan keluarga lainnya dalam usaha mereka melakukan

Permasalahan lingkungan yang cukup serius di Indonesia adalah mengenai pengelolaan sampah. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan atau menyerahkan pengelolaanya ke truk pengangkut sampah yang akan membawanya ke TPA. Kurangnya kerjasama masyarakat dalam mengelola sampah juga menjadi salah satu alasan mengapa kita masih memiliki masalah penumpukan sampah

Keluarga Sumarno dari Jakarta tadinya termasuk salah seorang yang menyerahkan pengelolaan sampahnya kepada petugas pengangkut sampah. Di perumahan tempat keluarga Sumarno tinggal, sampah memang dikelola oleh petugas sampah yang datang ke tiap-tiap rumah dan mengambil sampah setiap satu atau dua hari sekali.

Suatu hari petugas pengangkut sampah yang seharusnya mengambil sampah di perumahan tersebut sakit sehingga sampah menumpuk sampai tiga hari. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya ketika sampah sampai menumpuk tidak terurus. Bau tidak enak ada dimana-mana, lalat dan tikus berkeliaran. Jika hal ini dibiarkan tentu akan menimbulkan penyakit di lingkungan perumahan.

Ketika ia ditawarkan untuk ikut bergabung dalam kompetisi Sunlight Living Challenge, ibu Sumarno sempat ragu karena kesibukannya sebagai pegawai negeri dan ibu rumah tangga. Namun karena Sunlight Living Challenge menawarkan solusi tentang masalah pengelolaan sampah, Ibu Sumarno akhirnya mengikuti pelatihan yang diberikan.

Setelah mengikuti pelatihan, Ibu Sumarno akhirnya mengerti apa yang harus dilakukan terhadap sampah-sampah yang dihasilkan di rumahnya. Dengan melakukan pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik, Ibu Sumarno sudah membantu melakukan pengelolaan sampah dengan lebih efektif. Sampah non organik dipisahkan dan dan diberikan ke pemulung, sedangkan sampah organik dikelola dengan dijadikan pupuk kompos.

Sampah organik yang berupa sisa makanan dan sayur yang berbau menyengat seperti nasi dan kol disimpan dalam lubang resapan Biopori. Sedangkan sisa potongan sayur yang belum dimasak dimasukkan kedalam ember bekas yang dilubangi bawahnya untuk dijadikan kompos atau media tanam.

Saat ini keluarga Sumarno bisa lebih mandiri dalam mengelola sampah, selain lingkungan menjadi lebih bersih, mereka secara tidak langsung juga sudah membantu meringankan tugas para pengangkut sampah.

Dalam usahanya untuk menciptakan hidup yang lebih baik Unilever mengajak Anda untuk mulai ikut menjaga lingkungan lewat Project Sunlight Living Challenge. Ikuti terus kisah kelurga Sumarno dan keluarga lainnya dalam usaha mereka melakukan

Permasalahan lingkungan yang cukup serius di Indonesia adalah mengenai pengelolaan sampah. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan atau menyerahkan pengelolaanya ke truk pengangkut sampah yang akan membawanya ke TPA. Kurangnya kerjasama masyarakat dalam mengelola sampah juga menjadi salah satu alasan mengapa kita masih memiliki masalah penumpukan sampah

Keluarga Sumarno dari Jakarta tadinya termasuk salah seorang yang menyerahkan pengelolaan sampahnya kepada petugas pengangkut sampah. Di perumahan tempat keluarga Sumarno tinggal, sampah memang dikelola oleh petugas sampah yang datang ke tiap-tiap rumah dan mengambil sampah setiap satu atau dua hari sekali.

Suatu hari petugas pengangkut sampah yang seharusnya mengambil sampah di perumahan tersebut sakit sehingga sampah menumpuk sampai tiga hari. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya ketika sampah sampai menumpuk tidak terurus. Bau tidak enak ada dimana-mana, lalat dan tikus berkeliaran. Jika hal ini dibiarkan tentu akan menimbulkan penyakit di lingkungan perumahan.

Ketika ia ditawarkan untuk ikut bergabung dalam kompetisi Sunlight Living Challenge, ibu Sumarno sempat ragu karena kesibukannya sebagai pegawai negeri dan ibu rumah tangga. Namun karena Sunlight Living Challenge menawarkan solusi tentang masalah pengelolaan sampah, Ibu Sumarno akhirnya mengikuti pelatihan yang diberikan.

Setelah mengikuti pelatihan, Ibu Sumarno akhirnya mengerti apa yang harus dilakukan terhadap sampah-sampah yang dihasilkan di rumahnya. Dengan melakukan pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik, Ibu Sumarno sudah membantu melakukan pengelolaan sampah dengan lebih efektif. Sampah non organik dipisahkan dan dan diberikan ke pemulung, sedangkan sampah organik dikelola dengan dijadikan pupuk kompos.

Sampah organik yang berupa sisa makanan dan sayur yang berbau menyengat seperti nasi dan kol disimpan dalam lubang resapan Biopori. Sedangkan sisa potongan sayur yang belum dimasak dimasukkan kedalam ember bekas yang dilubangi bawahnya untuk dijadikan kompos atau media tanam.

Saat ini keluarga Sumarno bisa lebih mandiri dalam mengelola sampah, selain lingkungan menjadi lebih bersih, mereka secara tidak langsung juga sudah membantu meringankan tugas para pengangkut sampah.

Dalam usahanya untuk menciptakan hidup yang lebih baik Unilever mengajak Anda untuk mulai ikut menjaga lingkungan lewat Project Sunlight Living Challenge. Ikuti terus kisah kelurga Sumarno dan keluarga lainnya dalam usaha mereka melakukan

Permasalahan lingkungan yang cukup serius di Indonesia adalah mengenai pengelolaan sampah. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan atau menyerahkan pengelolaanya ke truk pengangkut sampah yang akan membawanya ke TPA. Kurangnya kerjasama masyarakat dalam mengelola sampah juga menjadi salah satu alasan mengapa kita masih memiliki masalah penumpukan sampah

Keluarga Sumarno dari Jakarta tadinya termasuk salah seorang yang menyerahkan pengelolaan sampahnya kepada petugas pengangkut sampah. Di perumahan tempat keluarga Sumarno tinggal, sampah memang dikelola oleh petugas sampah yang datang ke tiap-tiap rumah dan mengambil sampah setiap satu atau dua hari sekali.

Suatu hari petugas pengangkut sampah yang seharusnya mengambil sampah di perumahan tersebut sakit sehingga sampah menumpuk sampai tiga hari. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya ketika sampah sampai menumpuk tidak terurus. Bau tidak enak ada dimana-mana, lalat dan tikus berkeliaran. Jika hal ini dibiarkan tentu akan menimbulkan penyakit di lingkungan perumahan.

Ketika ia ditawarkan untuk ikut bergabung dalam kompetisi Sunlight Living Challenge, ibu Sumarno sempat ragu karena kesibukannya sebagai pegawai negeri dan ibu rumah tangga. Namun karena Sunlight Living Challenge menawarkan solusi tentang masalah pengelolaan sampah, Ibu Sumarno akhirnya mengikuti pelatihan yang diberikan.

Setelah mengikuti pelatihan, Ibu Sumarno akhirnya mengerti apa yang harus dilakukan terhadap sampah-sampah yang dihasilkan di rumahnya. Dengan melakukan pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik, Ibu Sumarno sudah membantu melakukan pengelolaan sampah dengan lebih efektif. Sampah non organik dipisahkan dan dan diberikan ke pemulung, sedangkan sampah organik dikelola dengan dijadikan pupuk kompos.

Sampah organik yang berupa sisa makanan dan sayur yang berbau menyengat seperti nasi dan kol disimpan dalam lubang resapan Biopori. Sedangkan sisa potongan sayur yang belum dimasak dimasukkan kedalam ember bekas yang dilubangi bawahnya untuk dijadikan kompos atau media tanam.

Saat ini keluarga Sumarno bisa lebih mandiri dalam mengelola sampah, selain lingkungan menjadi lebih bersih, mereka secara tidak langsung juga sudah membantu meringankan tugas para pengangkut sampah.

Dalam usahanya untuk menciptakan hidup yang lebih baik Unilever mengajak Anda untuk mulai ikut menjaga lingkungan lewat Project Sunlight Living Challenge. Ikuti terus kisah kelurga Sumarno dan keluarga lainnya dalam usaha mereka melakukan

Permasalahan lingkungan yang cukup serius di Indonesia adalah mengenai pengelolaan sampah. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan atau menyerahkan pengelolaanya ke truk pengangkut sampah yang akan membawanya ke TPA. Kurangnya kerjasama masyarakat dalam mengelola sampah juga menjadi salah satu alasan mengapa kita masih memiliki masalah penumpukan sampah

Keluarga Sumarno dari Jakarta tadinya termasuk salah seorang yang menyerahkan pengelolaan sampahnya kepada petugas pengangkut sampah. Di perumahan tempat keluarga Sumarno tinggal, sampah memang dikelola oleh petugas sampah yang datang ke tiap-tiap rumah dan mengambil sampah setiap satu atau dua hari sekali.

Suatu hari petugas pengangkut sampah yang seharusnya mengambil sampah di perumahan tersebut sakit sehingga sampah menumpuk sampai tiga hari. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya ketika sampah sampai menumpuk tidak terurus. Bau tidak enak ada dimana-mana, lalat dan tikus berkeliaran. Jika hal ini dibiarkan tentu akan menimbulkan penyakit di lingkungan perumahan.

Ketika ia ditawarkan untuk ikut bergabung dalam kompetisi Sunlight Living Challenge, ibu Sumarno sempat ragu karena kesibukannya sebagai pegawai negeri dan ibu rumah tangga. Namun karena Sunlight Living Challenge menawarkan solusi tentang masalah pengelolaan sampah, Ibu Sumarno akhirnya mengikuti pelatihan yang diberikan.

Setelah mengikuti pelatihan, Ibu Sumarno akhirnya mengerti apa yang harus dilakukan terhadap sampah-sampah yang dihasilkan di rumahnya. Dengan melakukan pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik, Ibu Sumarno sudah membantu melakukan pengelolaan sampah dengan lebih efektif. Sampah non organik dipisahkan dan dan diberikan ke pemulung, sedangkan sampah organik dikelola dengan dijadikan pupuk kompos.

Sampah organik yang berupa sisa makanan dan sayur yang berbau menyengat seperti nasi dan kol disimpan dalam lubang resapan Biopori. Sedangkan sisa potongan sayur yang belum dimasak dimasukkan kedalam ember bekas yang dilubangi bawahnya untuk dijadikan kompos atau media tanam.

Saat ini keluarga Sumarno bisa lebih mandiri dalam mengelola sampah, selain lingkungan menjadi lebih bersih, mereka secara tidak langsung juga sudah membantu meringankan tugas para pengangkut sampah.

Dalam usahanya untuk menciptakan hidup yang lebih baik Unilever mengajak Anda untuk mulai ikut menjaga lingkungan lewat Project Sunlight Living Challenge. Ikuti terus kisah kelurga Sumarno dan keluarga lainnya dalam usaha mereka melakukan

0 Komentar

Silakan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar
Kita ikut berkontribusi

Wujudkan komitmen dalam
membangun negeri berperadaban tinggi